SURAKARTA – Mengingat program internasionalisasi Muhammadiyah adalah gagasan besar yang perlu memiliki fokus gerakan dan koordinasi, mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah (2005-2015), Din Syamsuddin mendorong penguatan peran Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM).
Dalam Seminar Pra Muktamar Muhammadiyah di UMS, Senin (30/5), Din berpesan agar PCIM menjadi pusat gerakan Muhammadiyah yang mengkoordinasi seluruh organisasi otonom, majelis, dan lembaga Muhammadiyah di negara masing-masing. Saat ini, PCIM kata dia telah ada di 29 negara.
“Maka revitalisasi jaringan Muhammadiyah, PCIM di berbagai negara ini bagus sekali. Apalagi selain PCIM yang terdiri dari warga negara Indonesia, juga sudah terbentuk sister organization Muhammadiyah di sedikitnya tujuh negara,” ungkapnya.
Sister organization sendiri adalah organisasi negara setempat yang nama organisasi, logo, bendera, dan cirinya sama dengan Muhammadiyah tetapi didirikan oleh warga negara setempat (bukan WNI).
Hal ini semacam alternatif bagi warga asing yang ingin bergabung dengan Muhammadiyah namun terbentur oleh AD/ART Muhammadiyah yang belum mengatur soal keanggotaan dari warga negara asing.
Lebih lanjut, Din Syamsuddin juga bersyukur karena sejauh ini ada beberapa PCIM yang mendapatkan legalitas dari pemerintah setempat sebagai organisasi kemasyarakatan resmi. Misalnya PCIM di Jepang, Jerman, Amerika dan beberapa negara lain.
“PCIM-PCIM ini harus diberi mandat selain sebagai tempat berkumpulnya keluarga besar Muhammadiyah yang social-originnya Muhammadiyah, karena sebelumnya banyak yang menjemput (kader) adalah organisasi lain setelah lulus. Dengan adanya PCIM, ini bisa dihalangi,” jelasnya.
Selain itu, Din berpesan gara PCIM menjadi ‘kedutaan besar’ Muhammadiyah di luar negeri. Selain mengurusi para kader, PCIM juga menjadi mediator antara warga dan Pengurus Muhammadiyah di Indonesia dengan lembaga-lembaga pendidikan, dunia usaha dan pemerintah setempat sehingga kader dan warga Persyarikatan yang berada di Indonesia memiliki peluang go internasional.
“Kalau ini saja bisa kita lakukan maka internasionalisasi Muhammadiyah akan lebih nyata lagi menjadi kekuatan yang diharapkan dapat berdakwah di manca negara,” tuturnya.
“Ini mutlak perlu menjadi perhatian Muktamar dan Pimpinan Pusat Muhammadiyah untuk revitalisasi PCIM-PCIM. Tentu harus dilakukan secara serius dan terencana. Jadi tidak menunggu mereka yang membentuk tapi dari Indonesia ada upaya yang terencana untuk pembentukan. Minimal di 57 negara OKI karena ada orang-orang Muhammadiyah di sana. Belum lagi Amerika dan Eropa,” pungkasnya. (afn)
Sumber: Muhammadiyah.or.id