FRANKFURT—Dakwah Islam Berkemajuan di Jerman bukan tanpa hambatan. Di sana, Islam menjadi agama yang menghadapi banyak prasangka dan diskriminasi. Meski demikian, Wakil Ketua Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM) Jerman Diyah Nahdiyati mengatakan bahwa Muhammadiyah sebagai organisasi keagamaan tetap mampu bertahan dari tahun 2007 hingga saat ini.
“Pandangan terhadap Islam yang mayoritas dibentuk dari media mainstream yang cenderung negatif, memberikan tantangan tidak hanya pada Muhammadiyah namun kita sebagai pribadi muslim untuk menyampaikan dakwah secara kontekstual dan bisa menjawab tuduhan-tuduhan yang mengarah kepada pemeluknya,” tutur Diyah saat dihubungi tim redaksi Muhammadiyah.or.id pada Jumat (21/01).
Diyah menuturkan Islam moderat khas Indonesia akan terus dipromosikan menjadi arus utama di Jerman, sehingga sedikit demi sedikit dapat mengikis Islamofobia. Selama ini tidak sedikit dari media mainstream Jerman yang mengenali Islam dari sisi radikalisme dan antidemokrasi semata. Padahal, narasi-narasi moderat, hak asasi manusia, kemajuan, dan lain-lain menjadi arus utama dalam ajaran Islam, terutama yang dipahami Muhammadiyah.
“Kita sampaikan dakwah secara kontekstual juga lewat individu sebagai muslim Indonesia yang dikenal ramah dan diaspora Muhammadiyah yang membawa Islam berkemajuan, dapat memberikan gambaran akan profesionalisme, kepakaran, dengan tetap menunjukkan jati diri islam dan nilai-nilai luhur dalam setiap ajarannya, serta makna kemanusiaan dalam tiap ritual peribadatannya,” terang Diyah.
Diyah mengungkapkan selama ini hubungan PCIM Jerman Raya dengan masyarakat sekitar berjalan cukup baik dan harmonis. Secara aktif, PCIM Jerman Raya melaksanakan kerjasama dalam berbagai kegiatan dakwah, pendidikan, dan sosial dengan organisasi yang ada di Jerman maupun wakil pemerintahan Republik Indonesia di Jerman. PCIM Jerman Raya juga membantu penggalangan dana untuk korban bencana banjir di Nordrhein-Westfalen tahun 2021. Secara aktif tiap anggota PCIM Jerman Raya juga berkiprah di kegiatan sosial tiap kota.
“Meskipun dalam banyak kesempatan kerjasama masih sering dilakukan bersama organisasi Islam Indonesia yang ada di Jerman. Namun, PCIM Jerman Raya juga menjadi jembatan bagi peningkatan kerjasama antar institusi pendidikan di Indonesia dengan pemerintahan Jerman termasuk inisiasi konsorsium pelaksanaan pendidikan jarak jauh yang diikuti setidaknya beberapa universitas di Indonesia, Malaysia, Brunei Darussalam, Taiwan dan juga Jerman,” kata Diyah.
Capaian-capain positif di atas mengantarkan PCIM Jerman Raya menjadi salah satu Ormas non-profit berbadan hukum di Jerman yang terdaftar di pengadilan Frankfurt am Main dengan nama “Muhammadiyah Deutschland e.V”. Menurut Diyah, sejak diakui secara resmi sebagai ormas, PCIM Jerman Raya memiliki beberapa rencana baik ke dalam dan ke luar persyarikatan.
“Agenda kedalam yaitu penguatan Islam dan Kemuhammadiyahan untuk para pengurus, meluaskan keanggotaan Muhammadiyah terutama di kalangan mukimin di Jerman. Sementara agenda keluar, melakukan kegiatan dan pengembangan sesuai dengan tujuan/AD/ART yang disetujui pemerintah Jerman,” kata Diyah.
Tujuan ormas Muhammadiyah Jerman sesuai AD/ART di sini adalah 1) mempromosikan integasi dan orientasi masyarakat Islam yang menganut nilai-nilai perdamaian, kemajuan, keadilan dan kemanusiaan; dan 2) mempromosikan ilmu pengetahuan dan penelitian, mempromosikan sikap internasional, toleransi di semua bidang, budaya dan pemahaman international.
Tujuan di atas telah dan akan direalisasikan melalui beberapa kegiatan, di antaranya: 1) Melakukan kegiatan ilmiah dan proyek penelitian serta seminar dan pelatihan atau forum terkait tentang Islam dari berbagai aspek kehidupan; 2) Sosialisasi budaya Indonesia ke dalam masyarakat Jerman bekerjasama dengan pemerintah dan masyarakat Indonesia di Jerman, antara lain dengan membuka taman kanak-kanak atau sekolah; dan 3) Bekerjasama dengan Muhammadiyah Indonesia dengan lembaga pendidikan dan ilmiah (termasuk Universitas) serta organisasi keagamaan di seluruh dunia.
“Ketiga langkah tersebut yang tertuang dalam AD/ART di pengadilan sini menjadikan pegangan rencana ke depan PCIM Jerman Raya keluar. Di sisi lain, PCIM Jerman Raya mendorong pengembangan kerjasama riset yang dilakukan oleh kader-kader Muhammadiyah dengan institusi riset di Jerman dengan dukungan dana internasional termasuk dari GIZ,” optimis Diyah.
Poin-poin dalam AD/ART itulah yang menurut Diyah menjadi pegangan PCIM Jerman Raya untuk bergerak. Selebihnya, ia juga turut menyampaikan keinginannya agar PCIM Jerman Raya memiliki memiliki amal usaha (AUM) yang bisa bermanfaat untuk penduduk lokal. Untuk merealisaikan AUM membutuhkan waktu dan dukungan semua pihak.
Selain itu, Diyah juga memberikan masukkan untuk warga Muhammadiyah agar terus semangat berdakwah Islam berkemajuan dengan senang hati di dimana pun berada baik di dalam negeri maupun mancanegara. Selanjutnya terus mengoptimalkan peran di masyarakat melalui profesionalisme dan kerja-kerja nyata sebagai duta islam dan Muhammadiyah.
Sementara itu, Diyah menyampaikan masukkan untuk Pimpinan Pusat Muhammadiyah agar kegiatan keislaman dan kemuhammadiyahan yang dilakukan PCIM Jerman Raya mendapat arahan dan supervisi dari Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Selanjutnya, mendorong kader-kader dan dosen-dosen Perguruan Tinggi Muhammadiyah-‘Aisyiyah untuk bisa studi lanjut di Jerman dan mendorong alumni-alumni Jerman untuk bisa mengembangkan kerjasama antar institusi.