Oleh: Indar Surahmat
Dunia pendidikan merupakan bidang yang sangat krusial dalam perkembangan bangsa. Hal ini selaras dengan apa yang tersebut dalam 17 kriteria Sustainable Development Goals (SDGs) keempat yang mengharuskan kualitas pendidikan yang memadai. Dalam jangka panjang, pendidikan yang memadai sangat mendukung tercapainya tujuan-tujuan lain dari kriteria-kriteria tersebut. Proses pendidikan sendiri merupakan rangkaian tahapan mulai dari pendidikan dasar sampai dengan pendidikan tinggi. Pendidikan dasar merupakan salah satu tahap penting dalam pembelajaran individu, lebih spesifik dunia anak. Pada masa ini, berbagai macam konsep dasar dari beragam ilmu pengetahuan dikenalkan, seperti kemampuan berhitung atau operasi matematis, sains, bahasa, kemampuan logika, dan lainnya. Tidak hanya itu, pada level dasar ini, tidak jarang minat dan bakat pada cabang ilmu tertentu mulai tumbuh.
Di sisi lain, penguasaan teknologi merupakan salah satu ciri dunia modern yang harus dikuasai dalam persaingan global. Pendidikan dasar menjadi salah satu pintu masuk untuk mengajarkan anak mempunyai minat dalam penguasaan teknologi. Sekolah dasar dapat memberikan pengenalan-pengenalan teknologi kedalam kurikulum sekolah dan terintegrasi dalam materi pelajaran. Lebih spesifik terntang penguasaan teknologi yang krusial saat ini, salah satunya, adalah rekayasa bidang elektro (electrical engineering). Konsep-konsep mengenai kota pintar (smart city), pertanian pintar (smart agriculture), energi hijau ramah lingkungan atau energi terbarukan dan lain-lain sangat berkaitan erat dengan bidang rekayasa elektro atau disebut juga teknik elektro.
Dunia robotika yang juga dipelajari di bidang teknik elektro menjadi salah satu wacana yang menarik minat anak terhadap teknologi. Oleh karena itu, tim pengabdian masyarakat Teknik Elektro UMY mengambil tema pelatihan robot untuk anak sekolah dasar. Kegiatan pengenalan robot menjadi salah satu cara untuk membangkitkan rasa penasaran anak terhadap perkembangan teknologi. Pelaksanaan kegiatan pengabdian masyarakat sendiri dilakukan dalam beberapa sub kegiatan.
Salah satu subkegiatan ini, tim pengabdian masyarakat juga mengambil inisiatif untuk melibatkan orang tua dalam membangun motivasi anak. Pelibatan orang tua dalam kegiatan ini adalah dalam bentuk kegiatan berbagi pengalaman pendidikan sekolah dasar. Subkegiatan ini menjadi wadah bertukar wawasan mengenai problematika sekolah dasar. Untuk tujuan tersebut, tim pengabdian masyarakat mengundang Pelita Octorina, seorang ibu dari dua anak yang mengenyam pendidikan sekolah dasar di Jerman. Selain itu, Pelita adalah dosen dan peneliti yang sedang mengambil program doktor di Universitas Konstanz sejak 2017 dan juga aktif sebagai pengurus Majelis Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan Teknologi Pengurus Cabang Istimewa Muhammadiyah Jerman (PCIM Jerman – Muhammadiyah Deutschland e.V.).
Dilaksanakan Secara Hibrida Dari Jerman
Kegiatan berbagi pengalaman telah terlaksana 8 Maret 2024 secara hibrida. Pelita yang menjadi narasumber menyampaikan materi tentang pengalaman menyekolahkan dua anaknya di sekolah dasar di Jerman. Hal yang menjadi poin penting dalam penyampaiannya, Pelita menjelaskan tentang proses administrasi sekolah, komunikasi antara orang tua dan sekolah, keterlibatan orang tua dalam berbagai aktivitas anak, dan persiapan anak sekolah.
Dalam proses administrasi sekolah, Pelita menekankan tentang dukungan pemerintah terhadap proses pendaftaran anaknya ketika masuk sekolah. Proses tersebut meliputi peran pemerintah kota untuk menyediakan layanan pendaftaran sekolah, memberikan konsultasi proses adaptasi karena anaknya memiliki latar belakang budaya yang berbeda, memilihkan sekolah dan dukungan lainnya. Lebih dari itu, fasilitas persiapan bahasa sebelum bergabung dengan anak-anak lain juga tersedia.
Dalam hal komunikasi antara orang tua dan sekolah, Pelita menekankan bagaimana komunikasi antara orang tua dan sekolah memiliki peran penting dalam keberhasilan proses belajar anak di sekolah. Dalam beberapa aktivitas terutama pentas yang menampilkan hasil belajar anak, sekolah selalu mengundang orang tua. Tidak hanya itu, guru sekolah selalu mempresentasikan materi, tujuan, target dan strategi belajar kepada orang tua saat memulai tahun ajaran sekolah. Dalam proses penilaian, sekolah menyampaikan laporan perkembangan anak secara personal sehingga terjadi komunikasi mengenai problematika anak di sekolah. Salah satu hal yang menarik adalah proses reward and punishment yang diberikan sekolah kepada anak. Dalam pengalamannya, sekolah menggunakan metode lampu lalu lintas dalam masalah ini. Tanda hijau berarti penilaian yang baik atas sikap maupun hasil belajar, tanda merah sebaliknya.
Keterlibatan orang tua dalam beberapa kegiatan sekolah, seperti dinyatakan oleh Pelita, adalah dalam penyelenggaraan beberapa kegiatan seperti pentas akhir tahun ajaran, pesta kostum dan kegiatan ekstra nonakademik seperti kunjungan wisata dan sebagainya. Orang tua membentuk grup komunikasi yang bertujuan untuk kelancaran penyelenggaraan kegiatan-kegiatan tersebut. Para orang tua mengadakan pertemuan khusus untuk membahas penyelenggaraan sebuah kegiatan. Uniknya, pertemuan itu diselenggarakan malam hari sehingga tidak mengganggu aktivitas pekerjaan. Ini menunjukkan keseriusan orang tua dalam mendukung aktivitas anaknya di sekolah.
Sementara untuk persiapan anak sekolah, seperti sekolah-sekolah di Indonesia umumnya. Sebagai ibu, Pelita mempersiapkan keperluan sekolah untuk anaknya. Anak-anak membawa bekal makanan dari rumah. Disamping itu, anak-anak juga belajar untuk mengenali makanan-makanan yang diperbolehkan.