MUHAMMADIYAH.OR.ID, JAKARTA – Gempa berkekuatan Magnitudo 7,8 Skala Richter melanda Turki dan Suriah pada Senin (6/2). Gempa terjadi pada pada pukul 04.17 (01 17 GMT) saat masyarakat tengah tertidur pulas di tengah musim dingin.
Kantor berita AFP, Selasa (7/2) melaporkan ada 1.444 korban tewas sementara di seluruh wilayah Suriah, sedangkan di pusat gempat Turki, Gaziantep, otoritas setempat melaporkan korban tewas telah mencapai 2.379 orang. Di kedua negara, hampir 14.500 orang terluka dan 4.900 bangunan rata dengan tanah akibat gempa. Jumlah korban diperkirakan terus bertambah.
Merespon musibah ini, Lembaga Penanganan Bencana Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) bergerak cepat dengan menyiapkan 29 relawan Emergency Medical Team (EMT) Muhammadiyah. EMT adalah tim medis darurat yang terverifikasi oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO).
Menurut Ketua MDMC Budi Setiawan, Koordinator EMT Muhammadiyah dr Corona Rintawan SpEM telah menyiapkan 29 relawan dalam keadaan siaga dan siap berangkat. Saat ini, EMT Muhammadiyah tengah berkoordinasi dengan pemerintah yaitu BNPB, Kememko PMK, Pusat Krisis Kemenkes dan Kementrian Luar Negeri.
29 relawan dalam tim EMT itu sendiri terdiri dari 5 Dokter Emergency, 2 Dokter bedah orthopedi, 7 Perawat, 2 Apoteker, 1 Bidan, 1 Psikolog, 1 Safety & Security Officer, 7 Logistik (setup WASH dan lainnya), 1 Admin Medis, 1 Dokumentator, dan 1 Liaison Officer (P).
Seperti diketahui, tim EMT telah terjun menangani korban gempa di Nepal dan baru saja pulang dari misi menangani penyintas musibah banjir di Pakistan menjadi bagian dari Tim Kesehatan Republik Indonesia untuk Banjir Pakistan.
Atas musibah gempa yang menimpa Turki dan Suriah, MDMC mengajak masyarakat terutama warga Persyarikatan untuk ikut meringankan beban para penyintas dengan berdonasi melalui LazisMu.
Turki sendiri mengumumkan tujuh hari masa berkabung untuk menghormati para korban meninggal. Upaya penyelamatan terhambat oleh badai salju musim dingin yang menutupi jalan-jalan utama dengan es dan salju. Para pejabat setempat mengatakan gempa membuat tiga bandara utama di daerah itu tidak dapat beroperasi, sehingga mempersulit pengiriman bantuan vital.