MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA – Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir hadir secara virtual dalam Halalbihalal Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM) Jerman Raya, Sabtu petang (29/4).
Pada kesempatan itu, Haedar mengajak seluruh kader Persyarikatan memanfaatkan momen lebaran untuk memperkuat persaudaraan dan ukhuwah dalam makna yang luas.
“Dalam konteks ini maka silaturahmi itu harus kita manifestasikan untuk membangun hubungan yang lebih baik lagi pasca kita Idulfitri, hatta di tengah perbedaan pandangan,” ujarnya.
“Persaudaraan yang berbasis iman tentu harus semakin kokoh dan berfondasi kokoh. Perbedaan-perbedaan yang bersifat kaifiyah dalam hal ibadah, furuiyah, ijtihadiyah itu tidak mengoyak ukhuwah imaniyah kita. Nah ini harus menjadi kesadaran kolektif kita untuk kita aktualisasikan,” imbuhnya.
Selanjutnya, Haedar berpesan agar suasana lebaran digunakan untuk menyambung kembali ukhuwah yang sempat terputus dengan penuh introspeksi diri dan ketulusan. Siapapun yang salah diharapkan menanggalkan egonya dan berani mengakui kesalahan tanpa membawa pembenaran atas kesalahannya.
“Tapi manusia itu rumit. Ruh jiwa muttaqa (ketakwaan)-nya sering kalah oleh jiwa fujara’ (fasik)-nya. Maka yang muncul adalah egoisme tadi. Dari situlah kemudian sering masalah itu berlanjut lalu kita selalu menyuarakan ukhuwah tapi ketika ada godaan, trouble, ujian, di situ kita tidak bisa menyambung. Di situlah kita pentingnya menjadi orang yang makin seksama pasca Ramadan dan pasca Idulfitri ini,” pesan Haedar.
Terakhir, Haedar berharap agar seluruh kader mengamalkan perintah dari Surat Ali Imran ayat 134 untuk mengimplementasikan takwa dan ukhuwah secara otentik dalam kehidupan pribadi, kelompok, berbangsa, bernegara dan kemanusiaan global.
“Saya berharap bahwa kader Muhammadiyah di dalam negeri dan di luar negeri semuanya menyerap nilai-nilai luhur itu dan kita praktekkan dlm kehidupan nyata. Sehingga dari situlah kita bisa berukhuwah dalam keragaman dengan sesama kaum muslimin, bahkan harapannya kita bisa mengembangkan ukhuwah ke yang lebih luas,” kata Haedar.
“Kuncinya pada sikap kita yang fitrah, yang otentik sehingga ukhuwah itu tidak menjadi narasi-narasi yang kaya akan rujukan teologis, fikih, dan khazanah tekstual, tapi bisakah kita praktekkan dalam kehidupan nyata karena kunci dalam kehidupan itu ada di dunia nyata,” tegasnya. (afn)
Direpublikasi dari sumber https://muhammadiyah.or.id/kader-muhammadiyah-harus-amalkan-ukhuwah-yang-otentik-bukan-sekadar-narasi-melangit/