Definisi
Secara bahasa, Buraq berasal dari kata barqun, atau kilat. Seperti yang terdapat dalam Surat Al-Baqarah ayat 20 :
يَكَادُ الْبَرْقُ يَخْطَفُ أَبْصَارَهُمْ
Hampir saja kilat itu menyambar penglihatan mereka.
Ungkapan ‘kilat menyambar penglihatan mereka’, maksudnya karena saking terangnya cahaya kilat itu sehingga membuat orang yang melihatnya sampai kehilangan daya penglihatan seperti orang buta yang tidak bisa melihat objek.
Penamaan seperti ini mungkin karena kecepatannya ketika digunakan oleh Nabi saat peristiwa Isra’ dan Mi’raj, dimana perjalanan Isra dan Mi’raj hanya terjadi satu malam. Buraq adalah sesosok hewan seperti yang disebutkan dalam sebuah hadits :
Dari Anas bin Malik, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Telah dibawa kepadaku seekor Buraq, seekor binatang putih, lebih besar dari keledai dan lebih kecil dari bighal, dan kukunya menjejak di tempat yang dapat dijangkau oleh matanya….”. Hadits Riwayat Bukhari No.162.
Dalil Lain
Disebutkan dalam Shahih al-Bukhari pada Bab al-Mi’raj nomor hadits 3674, bahwa tatkala Nabi Muhammad sampai di al-Masjid al-Aqsha, malaikat Jibril mengikatkan buraq di sisi dinding sebelah barat, sehingga kemudian disebut sebagai “dinding Buraq” karena peristiwa ini. setelah Nabi shalat di al-Masjid al-Aqsha, kemudian Nabi kembali menaiki Buraq lalu naik ke atas langit dan kembali ke Makkah dalam satu malam.
Hikmah
Selain apa yang terdapat dalam hadits-hadits sahih, cukup banyak ditemukan keterangan di beberapa kitab turas yang menggambarkan dan mendefinisikan Buraq dengan berbagai bentuk dan jenisnya. Sebagian mungkin mengimajinasikannya dengan Pegasus, kuda bersayap dalam mitologi Yunani, dan sebagian menggambarkannya dengan sedikit berlebihan.
Sebagai seorang muslim, tentu tidak layak untuk terlalu jauh memperdalam definisi hewan ini karena memang bukan termasuk dalam ranah rasional. Di sisi lain, banyak hal dalam agama Islam yang lebih perlu dipelajari, untuk kemudian dipraktikkan. Apalagi memperdebatkan masalah Buraq ini hingga berlarut-larut.
Penjelasan ini bertumpu pada analisa matan hadits dan bahasa Arab untuk kemudian mendapat penjelasan secara umum bagaimana Nabi Muhammad menjalani Isra’ dan Mi’raj dalam waktu semalam, yaitu dengan menaiki kendaraan super-cepat bernama Buraq.
Hikmah bagi seorang muslim adalah pentingnya memanfaatkan waktu, karena selain shalat dilakukan pada lima waktu dalam sehari, butuh kedisiplinan untuk melakukannya tepat waktu. Sehingga muslim yang taat bukanlah taat pada ibadah semata, melainkan juga memiliki energi disiplin yang positif dalam beraktivitas selain ibadah.
Seorang muslim juga perlu bergegas dalam melaksanakan shalat semampunya. Selain karena shalat di awal waktu memiliki beberapa keutamaan, bagaimana Allah mewahyukan shalat kepada Nabi juga penuh akan makna kedisiplinan, bagaimana perintah Shalat itu diwahyukan dengan mengangkat Nabi ke atas langit ketujuh dan dengan menaiki kendaraan super-cepat bernama Buraq ini. (Faruqi)
Referensi :
Shahih al-Bukhari.
Adhwa al-Bayan fi Tafsir al-Quran.
Al-Mu’jam al-Wasith.